Ibu Sumber Motivasi |
Ibu Ayu langsung membalasnya, namun melalui Surat. Berikut cuplikannya:
Dear Ayu,
Anak Mama lagi apa ya..? Hari ini Mama masak kesukaanmu. Mama jadi ingat kamu. Rasanya belum lama kamu masih bayi mungil, tidak terasa kini sudah dewasa. Ayu… pikiran Mama jadi menerawang ke masa lalu, membayangkan kembali masa kecilmu.
Waktu itu kamu berumur 1 tahun, kamu begitu semangat dan antusias saat belajar jalan. Kadang kamu jatuh dan menangis, tapi setelah itu kamu bangkit dan coba lagi. Jatuh bangkit lagi, jatuh bangkit lagi dan lagi, begitu setiap hari. Kamu menarik-narik tangan mama untuk membimbingmu. Dan tidak lama kamu sudah panda berjalan, berdiri,.. dan melompat. Semangatmu luar biasa, nak. Pantang Menyerah. Mama berharap sampai besar kamu tetap semangat dan antusias dalam mencapai impianmu, seperti waktu kecilmu. Iya kan sayang ..?
Pernah suatu hari, Mama agak capek. Karena hari itu terlalu banyak pekerjaan. Waktu itu kamu rewel, minta gendong. Lalu Mama gendong dengan sisa sisa tenaga mama. Baru saja Mama gendong, kamu langsung ngompol. Baju Mama basah kuyup dan bau pesing. Yaaah.. padahal Mama baru saja ganti baju lho. Segera Mama bersihkan kamu, lalu Mama ganti baju lagi. Dalam hati Mama mengatakan, ” maaf sayang, hari ini Mama agak capek, jadi tidak bisa menemani bermain berkejar kejaran..” Tetapi begitu melihat kamu berjalan tergopoh gopoh, lalu peluk Mama, rasa capek Mama hilang seketika. Kamu begitu menyenangkan sayang. Wajahmu yang lembut seolah-olah mengalirkan energi yang menyegarkan pada hati Mama. Mama peluk kamu kuat-kuat, terus Mama gendong. Dan … ups, Mama mencium bau yang tidak enak. Waooow..rupaya kamu buang air besar. Ha.. ha… Mama ganti baju lagi.
Hari-hari mengurusmu dan merawatmu , selalu Mama lakukan dengan gembira. Sayang, kamu paling senang bobok digendongan Mama. Sambil menimang-nimangmu, mama menyanyikan lagu. Padahal suara Mama tidak bagus lho, tapi tidurmu akan lebih pulas kalau mendengar suara Mama menyanyi..
Saat kamu sudah tidur, Mama usap keningmu, Mama tersenyum memandangi wajahmu. Mama pandang terus tidak bosan bosannya, mama cium, lalu Mama bisikkan kata-kata dalam telingamu, “Anakku, Mama mau kamu kelak jadi orang yang berguna, menjadi orang yang berbudi luhur, menjadi orang yang sukses, menjadi orang yang berhasil. Mama akan selalu mendukungmu. Doa Mama tidak henti-hentinya untuk keberhasilanmu, kasih Mama akan menyertai setiap langkahmu. Kamu punya potensi nak, jangan sia-siakan hidupmu. Kamu tumpuan dan harapan Orang tua. Berjuanglah, wujudkan impianmu, yang juga impian orang tuamu. Mama yakin, kamu berhasil. Mama yakin kamu bisa, sayang. Yaa…kamu bisa, kamu pasti berhasil.“
Kalau nanti dalam perjalanan kamu menemui hambatan, ingatlah do’a dan kasih Mama, ingat senyum Mama ya nak, pasti kamu akan semangat lagi. Kasih Mama akan menjadi energi yang luar biasa dalam perjuanganmu. Karena setiap tetes air susu mama adalah do’a impian dan harapan. Kamu pasti sukses, kamu pasti sukses sayang. Mama yakin kamu pasti sukses. Allah menyertai dan memberkati hidupmu … Amiin“
Love
Mama
Setelah membaca surat Mamanya, tanpa sadar Ayu meneteskan air mata. Merenungkan perjalanan kehidupannya hingga hari ini. Sadar bahwa dirinya menjadi tumpuan, harapan serta impian dari keluarganya. Tiba-tiba rasa sedihnya hilang seketika, semangat lingga terbakar untuk bangkit lagi. Seperti ada kekuatan baru yang menyala-nyala. Komitmennya untuk segera mewujudkan impiannya semakin kuat. “Iya Ma, aku harus Sukses ..” bibirnya berucap pasti sambil menata dan menyimpan baik-baik surat Mamanya.
Lalu, dia ambil foto Mamanya, sambil memandang fotonya bersama Mamanya, Ayu membayangkan masa kecilnya yang sangat merepotkan, namun kasih Mama yang tulus membuatnya merasa ada aliran energi dalam dirinya dari kekuatan cinta Mamanya.
Anda bisa membaca kembali surat Ibu Ayu tersebut, lalu membayangkan surat tersebut dari Ibu Anda. Itu akan membantu Anda membangkitkan semangat dan menjadi inspirasi dalam menciptakan dan mewujudkan impian Anda.
NB : Artikel diatas disadur dari buku Born to Fight , karya : MC Maryati dan Reza M. Syarief
Tidak ada komentar:
Posting Komentar